Rabu, 12 November 2014

CARA MENGHITUNG DENGAN JARITMATIKA

Metode cepat menghitung dengan jari bukanlah metode baru, melainkan metode yang sudah digunakan sejak masa kanak-kanak yaitu saat duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Namun metode tersebut kini kembali dengan sistem perkalian, jika dahulu kita menghitung tambah-tambahan dan pengurangan menggunakan jari tangan, sekarang kita akan mengupas bagaimana cara mengalikan suatu angka dengan jari tangan. 
Cara mudah menghitung perkalian dengan jari tangan akan kita demokan dengan kelipatan angka 6,7,8 dan 9 dimana langkah penggunaan atau peraktek pada kedua tangan adalah:

  1.  Hadapkan kedua telapak tangan anda saling berhadap-hadapan
  2. Identifikasi setiap jari di kedua tangan dengan angka, dimulai dari angka 6, dan identifikasikan jempol kiri dan kanan = 10, Jari telunjuk kiri dan kanan = 9, Jari tengah kiri dan kanan = 7, Jari manis kiri dan kanan = 7, dan jari kelingking kiri dan kanan = 6. 
  3. Contoh, kita akan mengalikan angka 6 dan 8, maka tempelkan kelingking kiri dan jari tengah kanan, kemudian hitung berapa jari yang tersisa di bawah jari-jari yang menempel termasuk jari yang menempel, dalam hal ini kita dapatkan 4 jari. Empat jari ini kita jadikan angka puluhan, sehingga kita asumsikan dengan angka 40. 
  4. Hitunglah sisa jari di atas jari yang menempel, (Jari yang menempel tidak ikut dihitung). Dalam hal ini kita dapatkan 2 jari, dan 4 jari. Kedua angka ini kita kalikan yang berarti 2x4 = 8.
  5. Jadi, tinggal kita tambahkan saja angka puluhan yang pertama kita dapat yaitu 4 jari yang tersisa nilainya 40 dan 8 sehingga jumlahnya 6x8 = 48

Mengajarkan Balita Membaca, Menulis dan Berhitung

Mengajarkan Balita Membaca, Menulis dan Berhitung
Tahapan perkembangan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung (calistung) bukanlah keterampilan yang dapat begitu saja dikuasai anak. Terdapat keterampilan-keterampilan pendahuluan yang harus dimiliki anak untuk akhirnya bisa membaca, menulis, dan berhitung.
  • Membaca. Melihat gambar adalah bentuk membaca yang paling sederhana. Balita usia 3-5 tahun diharapkan sudah memiliki ketertarikan untuk “membaca” gambar, simbol, dan logo yang ada disekitarnya. Untuk itu salah satunya anak membutuhkanexposure yang tinggi pada buku bergambar. Pada usia 4-6 tahun balita baru mulai diharapkan mampu membaca gambar, simbol, dan logo. Misalnya melihat gambarColonel Anderson ia membaca “Kentucky” atau melihat logo Carrefour ia sudah bisa mengenalinya. Membaca dengan pola diharapkan mulai dikuasai balita pada usia 5-7 tahun. Selain mengenali bentuk dan pola, anak juga harus bisa memegang buku dengan baik dan mampu membalikkan dari kiri ke kanan. Keterampilan ini sangat berhubungan erat dengan perkembangan keterampilan motorik anak.
  • Menulis. Jauh sebelum anak bisa memegang pensil dengan baik, ia perlu belajar “menjumput” (memegang benda dengan telunjuk dan ibu jari). Ia perlu mengetahui bahwa tulisan itu memiliki arti. Kembali lagi bisa dikembangkan dengan memperlihatkan berbagai buku.
  • Berhitung. Anak perlu memahami konsep berhitung, bahwa satu untuk satu benda (one-to-one correspondence). Jadi sebelum mengajarkan anak menghitung satu-dua-tiga, ajarkan anak untuk membagikan satu benda untuk satu orang atau satu benda ke dalam satu lubang (bisa memakai congklak). Seperti isebutkan diatas, mengenali simbol termasuk angka baru diharapkan setelah anak berusia 4-6 tahun.

Untuk les calistung, sebaiknya jangan diberikan kepada balita dibawah usia 6 tahun. Karena pada saat anak berusia 6-7 tahun, ia baru mencapai kematangan sensori dan motorik. Pada saat itulah anak benar-benar siap untuk menulis dan membaca. 

Pada akhirnya semua balita pasti bisa membaca dan menulis, hanya waktunya yang mungkin berbeda-beda. Karena perkembangan tiap anak berbeda. Ada yang bisa membaca pada usia 4 tahunatau baru ketika usia 5 tahun. Jadi jangan khawatir bila balita lain sudah menguasai keterampilan tertentu sementara balita Anda belum.Lihat kisaran usianya saja.Jangan memaksa belajar membaca terlalu dini!

Apabila dipaksakan untuk membaca dan menulis pada saat belum siap, balita akan memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan dan muncul penolakan. Namun, saran ini tidak berlaku untuk anak-anak yang memang memiliki ketertarikan dalam membaca dan menulis yang sangat tinggi. Apabila balita sudah sangat tertarik, bisa mulai mengajarkan atau memasukkan ke tempat les calistung. Sebelum ikut les, perhatikan cara pengajarannya. Jangan sampai setelah les minat membaca, menulis dan berhitung anak malah menurun.





Senin, 03 November 2014

Bermain Kartu Pintar Bahasa Inggris


Bermain Kartu Pintar Bahasa Inggris


Bahasa Inggris bisa menjadi bahasa yang sudah tidak asing lagi. Bagi anak yang sudah terbiasa mendengar atau melihat penggunaan Bahasa Inggris atau anak yang memang memiliki kemampuan (kecerdasan) bahasa yang menonjol, Bahasa Inggris tidak sulit untuk dipelajari.
Tetapi bagi anak yang masih jarang mendengar atau menggunakan Bahasa Inggris, jangankan mengucapkan atau membaca, mendengar pengucapan menggunakan Bahasa Inggris saja bisa membuat anak-anak tersebut mengerutkan dahi. Oleh karena itu agar siswa dapat memahami konsep dengan baik kita bisa menggunakan media kartu ini

Kartu Pintar

Contoh Kartu Pintar Bahasa Inggris
Contoh Kartu Pintar Bahasa Inggris
Ayo bermain kartu, siapa mau ikut?”
“Ibuk, torang (saya) kalau di rumah bermain kartu (domino dan remi, -red), dijewer sama mamak. Ibuguru tersenyum, “Ini berbeda, ini namanya kartu pintar”.
Kartu pintar adalah sekumpulan kartu yang masing-masingnya memiliki pasangan. Kita bisa buat beraneka macam ide yang bisa dituangkan dalam pasangan kartu tersebut.
Tema kali ini adalah belajar kata dalam Bahasa Inggris. Topiknya tentang anggota tubuh dan Bahasa Inggrisnya. Karena siswa kami menyukai metode belajar visual, maka kartu tersebut bisa diberi gambaranggota tubuh.
Contoh: kartu gambar kepala memiliki pasangan kata “head”, gambar mata berpasangan dengan kata “eye” dll.
Tetapi apabila sulit menemukan gambar yang tepat atau guru kesulitan menggambar, guru bisa melengkapi dengan tulisan saja.
Contoh: kartu bertuliskan “kepala” berpasangan dengan “head” dll. Cara bermainnya pun bisa bervariasi:

Cara Bermain

Ada 3 cara bermain yang sudah kami terapkan. Kalau teman-teman pembaca punya cara bermain yang lain, tolong dishare ya agar bisa dimainkan di sekolah kami :-) .

Cara Bermain I

Jika kita mempunyai 20 pasang dengan 2 anak yang bermain, masing-masing anak mendapatkan 10 pasang kartu, kemudian anak menyusun setiap pasangan. Siapa yang cepat dia yang menang.

Cara Bermain II

Kartu dibiarkan terhambur acak. Siswa diminta untuk berbaris dan maju satu per satu untuk memilih 2 kartu yang seharusnya berpasangan. Setelah mendapatkan 1 pasang kartu, siswa kembali pada barisan dan antrean berputar sampai pada giliran mereka lagi.

Cara Bermain III

Penggunaan seperti prinsip permainan kartu pada umumnya:
Ruang Belajar Bermain Kartu Pintar Bahasa Inggris Ika Yanti (2)
  1. Kartu ditumpuk acak.
  2. Setiap siswa menerima 5 buah kartu (bisa disesuaikan).
  3. Guru membuka 1 kartu sebagai kartu awal. Sisanya sebagai kartu simpanan.
  4. Siswa yang memiliki pasangan kartu awal, boleh mengeluarkan kartu pasangan tersebut.
  5. Siswa yang mengeluarkan pasangan kartu tersebut mengeluarkan salah satu dari kartunya yang tersisa sebagai kartu awal.
  6. Siswa lain yang memiliki pasangan kartu awal boleh mengeluarkan kartu pasangan tersebut. Begitu seterusnya.
  7. Jika peserta tidak ada yang mempunyai pasangan kartu awal, masing-masing siswa mengambil 1 kartu dari tumpukan kartu simpanan secara bergantian.
  8. Yang paling cepat habis kartunya, dialah pemenangnya….

Lesson Learned

Lewat permainan ini siswa bisa belajar Bahasa Inggris dengan menyenangkan. Siswa bisa mengisi waktu dengan hal-halpositif, secara tidak sadar mereka telah belajar sambil bermain.

CARA MAMBUAT KARTU KATA

CARA MAMBUAT KARTU KATA

Pemilihan metode dan media pembelajaran sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Tidak ada media yang sempurna. Tidak ada pula metode yang paling baik. Semuanya bergantung pada kebutuhan media dan metode tersebut dalam pembelajaran. Media dan metode yang dipilih harus sesuai dengan karakteristik materi ajar yang akan disampaikan kepada peserta didik. Dalam beberapa postingan ini saya akan mencoba membuat diskripsi media pembelajaran yang mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi saya pribadi dan tentunya para pendidik dan dunia kependidikan.

MEDIA PEMBELAJARAN

I . Identitas
1.      Nama Media                           : Kartu Kata
2.      Mata Pelajaran                        : Aqidah
3.      Satuan Pendidikan                  : SD
4.      Kelas / Semester                      : III/ Genap
5.      Standar Kompetensi   :6. Mengenal sifat mustahil Allah.
6.      Kompetensi Dasar        6.1 Menyebutkan sifat mustahil Allah.
 6.2 Mengartikan sifat mustahil Allah
7.      Tujuan Pembelajaran   :
1.      Siswa mampu menyebutkan sifat mustahil Allah.
2.      Siswa mampu mengartikan sifat mustahil Allah.
II. Teknik Pembuatan Media
  1. Menentukan jenis media yang akan dibuat, yaitu visual.
  2. Mencari bahan pembuatan media, antara lain kertas buffalow.
  3. Menyiapkan alat pembuatan media berupa penggaris, gunting, silet dan alat tulis.
  4. Menggunting kertas buffalow sebanyak  20 lembar.
  5. Menulisi karton dengan sifat mustahil Allah dan artinya.
  6. Menentukan langkah-langkah penggunaan media jenis-jenis hukum nun mati.
  7. Menentukan kriteria penilaian.

III. Langkah-langkah penggunaan

  1. Guru menyiapkan kartu berisi tentang kartu  sifat mustahil Allah dan sifat mustahil Allah perkiraan jumlah kartu sama dengan jumlah murid di kelas.
  2. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok.
  3. Bagikan kartu kepada masing-masing kelompok dan masing-masing murid memperoleh kartu lebih dari  dua .
  4.  Bersama kelompoknya mereka memasangkan kartu sifat mustahil dengan kartu arti sifat mustahil.
  5. Setelah itu masing-masing kelompok menempelkan pasangan kartu di papan tulis.
  6. Lakukan koreksi bersama setelah setelah semua kelompok selesai.
  7. Mintalah salah satu penanggung jawab kelompok untuk menjelaskan hasil pajangan kartunya. Kemudian mintalah komentar dari kelompok lainnya.
  8. Berikan apresiasi setiap hasil kerja murid.
  9. Lakukan klarifikasi, penyimpulan dan tindak lanjuthttp://putrapenanggungan.blogspot.com/2012/11/abstraksi-media-pembelajaran-bagian-1.html



KESULITAN BELAJAR MEMBACA

D. Pengertian Tentang Kesuitan Belajar Membaca

Kesulitan belajar membaca sring disebut disleksia ( dyslexia ). Menuut marcer yang dikkutip M. Abdurrahman ( 1996 : 174 ), bahwa dyslexia sebagai suatu sindroma kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat, mengintegrasikan komponen-komponen kata dan kalimat, dan dalam belajar segala ssuatu yang berkenaan dengan waktu , arah, dan masa.
6
Menurut M.abdurrahman kesulitan membaca permulaan ( 1996: 17 ) antara lain :
  1. penghilangan kata / huruf
  2. penyelipan kata
  3. penggantian kata
  4. pengucapan kata salah dan tak maknanya berbeda
  5. pengucapan kata salah tetapi maknanya sama
  6. pengucapan kata salah dan tak bermakna
  7. pengusapan kata dengan bantuan guru
  8. pengulangan
  9. pembalikan kata
  10. pembalikan huruf
  11. kurang mmperhatikan tanda baca
  12. pembetulan sendiri
  13. ragu-ragu, dan
  14. tersendat-sendat
E. Tinjaun Tentang Kartu huruf Berwarna
Kartu dalam KBBI, Balai Pustaka ( h.448 ) adalah kertas tebal yang bebentuk persegi panjang. Sedangkan huruf KBBI, Balai Pustaka ( h.362 ) adlah tanda aksara atau tata tulis yang merupakan abjad yang melambangkan bunyi bahasa dan aksara. Warna menuru KBBI, Balai Pustaka ( h.1008 ) berati kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan benda-benda yang dikenainya.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kartu huruf berwarna adalah jenis kertas yang brukuran tebal dan berbentuk persegi panjang yang ditulisi atau ditandai dengan unsure abjad atau huruftertentu dan berwarna sehingga dengan warna yang brbeda dapat melambangkan bunyi huruf tertentu.
Kartu huruf bewarna merupakan salah satu alat bantu pembelajaran yang termasuk dalam katagori Flash Card.
7
F. Jenis Kesulitan Membaca
Menurut Wardani ( ttg : 57 ) jenis- jenis kesulitsn membaca meliputi :
1.tidak dapat membedakan huruf b dan d, h dan k, d dan p. jika demikian maka anak tidak dapat membaca sesuai dengan bunyinya.
2. tidak dapat mengucapkan kata dengan benar, misalnya : kata ibu diucapkan ibuk, sila diucapkan silah. Selain itu juga tidak mampu mengucap dengan benar karena kelainan alat ucap, misalnya tidak mampu mengucap r.
3.Mellompati bagian yang harus dibaca karena  tidak mampu memindahkan mata dari kiri ke kanan dengan teratur. Misalnya “ibu Tuti membawa piring”, di baca “ibu membawa piring”, karena kata “Tuti” lepas dari tangkapan mata.
4. Membaca dengan menghafal, yaitu anak hanya membac sesuai dengan hafalan tnpa melihat tulisan.
5. Kesulitan dalm intonasi, karena anak belum paham tanda baca yang utama seperti titik dan koma. Akibatnya anak tidak dapat mengatur tinggi rendahnya suara dan membaca terus dari awal sampai akhir tanpa berhenti.
G. Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar Membaca
Menurut M.Shodiq (1994 : 57 ), faktor yang mempengaruhu kesulitan belajar membaca adalah faktor individu siswa, kebiasaan belaja, factor bimbingan, factor sumber belajar dan factor keluarga atau lingkungan.
Menurut peneliti factor-factor tersebut pada dasarnya juga dapat menjadi factor ynag mempengaruhi factor belajar membaca. Secara garis besar, factor-factor terseubut antara lain :
  1. Faktor individu siswa yang mencakup intelegenci, kemempuan sensori, kemampuan memusarkan perhatian, keturunan, motivasi dan minat.
  2. kebiasaan belajar meliputi : lama, intensitas, dan kedisiplinan belajar.
  3. factor bimbingan yang meliputi : pendekatan, metode, kapabilitas, dan kompetensitas pembimbing dalam melaksanakan bimbingan.
  4. factor sumber belajar mencakup : buku, alat peraga, sarana dan prasarana belajar.
  5. factor lingkungan mencakup : keluarga, ssekolah an masyarakat.
8
H. Pemecahan Masalah
Anak yang mengalami kesulitan membaca mempunyai kemampuan membaca yang rendah sehingga prestasi belajar ssemua bidang akan rendah, pembelajaran dengan menggunakan alat peraga kartu huruf berwarna diharapkan kemampuan membaca siswa yang berkesulitan membaca akan meningkat sehingga prestasi belajar semua mata pelajaran akan meningkat terutama pelajaran Bahasa Indonesia.
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, di duga dengan melalui alat peraga kartu huruf berwarna dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa sehingga meningkatkan pula prestasi semua mata pelajaran.
Kartu huruf berwrna merupakan alat peraga praktis dan menarik bagi kalangan anak-anak khususnya anak berkesulitan membaca yang sangat membutuhkan rangsangan untuk memicu kemampuan belajarnya khususnya kemampuan membaca permulaan.
Glen Doman ( 1991 : h.1554 ) menyatakn bahwa dalam mempelajari anak membaca semua metode mempunyai 3 persamaan penting, yang perlu diperhatikan adalah:
  1. setiap metode yang digunakan untuk mengajar anak kecil membaca selalu berhasil.
    1.  Setiap metode menggunakan huruf berukuran besar.
Huruf yang digunakan dalam pelajaran membaca permulaan terdiri atas 26 huruf yang terbagi atas 5 huruf vokal dan 21 huruf konsonan, yang ddalam pembuatannya agar menarik , huruf dibuat warna-warni, huruf-huruf yang memiliki kemiripan misalnya b, d, p dan q .
Berikut adalah huruf ( abjad ) yang dipakai dalam pelajaran Bahasa Indonesia dalam bukunya Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia oleh Prof.Dr.H.G Tarigan (1984;12)
No
Huruf
Nama
1
Aa
aa
2
Bb
bb
3
Cc
cc
9
4
Dd
dd
5
Ee
ee
6
Ff
ff
7
Gg
gg
8
Hh
hh
9
Ii
ii
10
Jj
jj
11
Kk
kk
12
Ll
ll
13
Mm
mm
14
Nn
nn
15
Oo
oo
16
Pp
pp
17
Qq
qq
18
Rr
rr
19
Ss
ss
20
Tt
tt
21
Uu
uu
22
Vv
vv
23
Ww
ww
24
Xx
xx
25
Yy
yy
26
Zz
zz
Langkah-langkah Pembelajaran Mengunakan Kartu Huruf Berwarna
  1. Siswa disuruh mengambil kartu huruf berwarna yang telah disediakan guru secara acak sesuai dengan perintah guru, siswa disuruh mengambil kartu huruf konsonan , vokal, konsonan, vokal hingga tersusun kata berpola KV-KV  kemudian siswa diminta membaca kata yang berbentuk demkian berulang-ulang untuk melatih kemampuan dan memperkaya kosa kata pada anak.
10
  1.  pada tindakan selanjutnya disiapkan kosa kata yng lebih rumit dan harus dibaca siswa, sehingga lebih menantang dan lebih membutuhkan perhatian dari siswa dan akhirnya disiapkan pula kalimat-kalimat berpola sederhana (SPO) yang harus dibaca siswa tanpa bantuan alat peraga kartu hhuruf berwarna.
  2. Kegiatan pada langkah kedua pada prinsipnya sama dengan langkah pertama hanya materi kosakata yang menjadi bahan belajar lebih rumit itu dimaksudkan untuk mmperkaya kosakata serta meningkatkan keterlatihan siswa dan pada akhirnnya menuju kalimat-kalimat sederhana dengan pola kalimat S-P-O.http://amin127.wordpress.com/about/belajar-membaca-permulaan-menggunakan-kartu-huruf-berwarna/